BREAKING NEWS

Maksum, Warga Tanjung Katung yang Jadi Garda Depan Cegah Api di Desanya


SENJARI.ID
– Bagi Maksum, musim kemarau selalu berarti waspada. Warga Desa Tanjung Katung, Kabupaten Muaro Jambi, itu tahu betul bagaimana api bisa dengan cepat meluas dan mengancam lahan serta desa mereka. Karena itulah, dua bulan lalu ia memutuskan bergabung dengan Masyarakat Peduli Api (MPA) binaan PT Wirakarya Sakti (WKS), unit usaha APP Group.

“Saya ingin membantu mencegah kebakaran. Soalnya di tempat kami kalau musim kering sering ada lahan terbakar. Jadi saya merasa perlu ikut berkontribusi untuk desa,” ujarnya.

Maksum menceritakan, ajakan menjadi MPA datang melalui kepala desa. Setelah itu ia bersama warga lain mengikuti pelatihan singkat tentang teknik dasar pencegahan dan pemadaman kebakaran. Meski hanya pelatihan dasar, ilmu itu menjadi bekal penting untuk berjaga di musim kemarau.

“Training ada, dimana membantu kami untuk tahu cara dasar pemadaman. Selain itu, kalau ada kebakaran, kami sudah tahu cara melapor dan langkah awal yang harus dilakukan,” katanya.

Sebagai anggota MPA, tugas utamanya adalah berpatroli, melaporkan kondisi, dan memberi imbauan ke warga lain. Maksum terbiasa melaporkan temuan lewat grup WhatsApp yang terhubung dengan perusahaan dan perangkat desa.

“Kalau ada kebakaran, kami langsung lapor ke perusahaan dan ke desa. Kadang penyebabnya dari puntung rokok. Kami juga ditugaskan mengingatkan warga supaya tidak membakar lahan,” jelasnya.

Tak jarang ia menegur warga yang sedang memancing atau beraktivitas di sekitar kebun agar lebih berhati-hati. Ia menyadari bahwa imbauan langsung dari sesama warga lebih mudah diterima dibandingkan dari pihak luar.

Kini, meski baru dua bulan bergabung, Maksum merasa bangga menjadi bagian dari garda depan penjaga desanya. Ia yakin semakin banyak masyarakat terlibat, semakin besar pula peluang menekan kebakaran di musim kemarau.

Dari sisi perusahaan, peran MPA dinilai sangat strategis. Agus Sibarani, Fire Preparation Head PT WKS, menjelaskan MPA adalah pilar penting dalam Integrated Fire Management (IFM), khususnya pada aspek pencegahan (prevention).

“MPA adalah masyarakat yang kita berdayakan. Mereka dilatih penanggulangan kebakaran, lalu rutin melaporkan kondisi melalui grup WhatsApp setiap jam. Karena mereka warga setempat, mereka tahu persis lokasi-lokasi rawan dan bisa memberi laporan cepat,” kata Agus.

Agus menambahkan, antusiasme warga untuk bergabung menunjukkan adanya dukungan nyata dari masyarakat. “Kalau kita buka 10 kuota di tiap distrik, yang daftar bisa sampai 30 orang. Sisanya kita berdayakan jadi tenaga kerja lain. Ini menunjukkan dukungan masyarakat untuk ikut menjaga lingkungan dari kebakaran,” tutupnya. (*)

Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image